Jumat, 28 September 2012

Kisah Dibalik Lagu : "Amazing Grace"



Pada tahun 1748 sebuah kapal dagang  mengalami bencana dahsyat dalam pelayarannya ke Inggris. Ketika itu badai mengamuk kencang mengguncang seluruh awak kapal serta barang-barang bawaan mereka, semua orang yang berada di atas kapal tersebut panik dan banyak diantaranya pasrah menerima kematian sebab bencana topan diatas air laut itu tampaknya tidak memberi harapan pada kapal mereka untuk selamat dan segera akan menenggelamkan mereka ke dasar laut. Ditengah keadaan yang sulit, John Newton seorang pemuda asal Inggris yang juga berada diatas kapal tersebut menjadi sangat ketakutan. Ia menganggap dirinya seperti Yunus yang sedang berlayar membawa 'dosa' . Tak heran karena perdagangan budak kulit hitam dari Afrika adalah menjadi lahan bisnisnya selama ini. Ia kerap kali berlayar ke Afrika mencari pemuda-pemuda cakap dan menjual mereka ke Inggris untuk dijadikan budak. Di tengah malam dalam kapal yang berguncang keras tersebut akhirnya ia keluar lalu berdoa memohon kepada Allah agar menyelamatkannya.

Seperti mujizat, tak lama kemudian laut menjadi tenang seketika itu juga, dan kapal yang berada dalam bahaya itupun akhirnya selamat dari tengah badai topan yang mengamuk serta kembali berlayar dengan tenang. Peristiwa ini lalu menjadi awal titik balik pertobatan John Newton dari dunia perdagangan budak, perjudian dan dari seorang pemabuk berat. 6 tahun kemudian John Newton benar-benar memilih jalannya untuk menyerahkan diri menjadi pelayan Tuhan dengan meninggalkan dunianya yang lama dan belajar ilmu teologi Kristen untuk menjadi seorang Pendeta.

Perjumpaannya dengan kuasa Tuhan dalam badai kapal tersebut akhirnya melahirkan sebuah lagu sederhana namun sangat terkenal dari masa ke masa. Lagu indah sebagai luapan syukur hatinya atas anugerah Allah. Lagu indah yang telah menjadi penghiburan bagi banyak orang disaat sukar dan gentar.

Lagu “Amazing Grace” adalah salah satu lagu pujian yang diciptakan oleh John Newton pada tahun 1779, atas dasar kesaksiannya sebagai seorang yang pernah mengalami ajaibnya anugerah Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya diatas kapal yang hampir tenggelam.

Pendeta John Newton tetap berkotbah di sepanjang hidupnya sekalipun pada masa tuanya ia menjadi buta secara fisik, dan meninggal dunia pada bulan Desember tahun 1807. Dalam keadaannya yang buta ia memberikan kesaksian keselamatannya yang lebih berharga dari apapun yang dahulu ia miliki. Ia berkata,
“Dulu aku buta namun sekarang aku melihat”. Karena ia telah menerima anugerah Allah yang menyelamatkan jalan hidupnya menuju terang.

Di waktu yang sama, lewat lagu indah “Amazing Grace” karya John Newton itu pula terciptalah sejarah baru bagi Kerajaan Inggris. Lagu indah tersebut telah begitu mengetuk pintu hati William Wilberforce seorang anggota parlemen Inggris dan juga ‘anak rohani’ dari John Newton untuk berjuang menghapuskan perdagangan budak kulit hitam yang memalukan di negaranya. Atas dasar anugerah Allah yang besar, dengan penuh keberanian dan dengan lantang Wilberforce menyatakan dalam kampanyenya bahwa,

“Ingatlah...Tuhan menciptakan semua manusia sama.”

Melalui perjuangan panjang Wilberforce, pada bulan Agustus tahun 1833 parlemen Inggris akhirnya menetapkan untuk menghapuskan segala bentuk perbudakan dari Kerajaan Inggris.

Jika Anda mendengar lagu “Amazing Grace” (Ajaib Benar Anugerah) maka kita dapat merasakan betapa besarnya rasa syukur yang terucap dari pengarangnya atas anugerah Allah yang bersedia menyelamatkan siapapun juga yang mau datang dan berserah pada-Nya.

Sebuah lagu yang menjadi pujian kepada Allah dan juga lagu yang telah mengawali lahirnya sebuah sejarah baru bagi dunia. 



Amazing Grace

    Amazing grace...How sweet the sound
That saved a wretch like me!
I once was lost, but now am found;
Was blind, but now I see.


Twas grace that taught my heart to fear,
    And grace my fears relieved
    How precious did that grace appear
    The hour I first believed.

Through many dangers, toils, and snares
    I have already come
    'Tis grace that brought me safe thus far,
    And grace will lead me home.

Ajaib benar anugerah…
Pembah’ru hidupku…
Ku hilang buta bercela...
Oleh-Nya kusembuh...

Ketika insaf, 'ku cemas,
sekarang 'ku lega
Syukur, bebanku t'lah lepas
berkat anugerah!

Di jurang yang penuh jerat
terancam jiwaku;
anugrah kupegang erat
dan aman pulangku.

Kudapat janji yang teguh,
kuharap sabda-Nya
dan Tuhanlah perisaiku
tetap selamanya.



KISAH DI BALIK LUKISAN Da Vinci 'PERJAMUAN TERAKHIR'



Lukisan ‘Perjamuan Terakhir’ yang dilukis oleh Leonardo Da Vinci, seorang artis Italia yang terkenal. Lukisan ini dibuat selama 7 tahun, dan menggambarkan 12 rasul serta Yesus sendiri yang sedang mengadakan perjamuan terakhir. Mereka ini dilukis berdasarkan model orang-orang yang hidup. Pertama-tama, Da Vinci memilih untuk melukis Kristus. Ratusan anak muda diamati untuk mencari pola wajah dan kepribadian yang cocok, tidak terlalu tercemar oleh dosa.
Akhirnya setelah berminggu-minggu, ada seorang anak muda berusia 19 tahun yang terpilih menjadi model diri Yesus Kristus dalam lukisan tersebut. Selama enam bulan, Da Vinci melukis karakter ini dengan serius. Selama enam tahun , Da vinci melanjutkan pekerjaannya. Satu demi satu, dia mencari tokoh-tokoh yang tepat untuk dilukis sebagai perlambang kesebelas rasul.

Akhirnya tinggal tokoh Yudas Iskariot sebagai tahap akhir dari mahakaryanya. Yudas Iskariot ? Dia adalah murid yang mengkhianati Yesus dengan imbalan 30 keping perak atau setara nilainya dengan US$16,95. Selama berminggu-minggu, Da Vinci mencari orang berwajah keras, bertampang penipu dan suka mengkhianati teman sendiri.


Akhirnya dia menemukan sesosok pria di penjara bawah tanah di Roma. Orang tersebut dijatuhi hukuman mati sebagai seorang penjahat dan pembunuh. Ketika Da Vinci melihatnya dalam kegelapan bawah tanah, dia melihat pria yang tak terurus, berewokan dan rambutnya yang tidak disisir, menutupi raut mukanya. Seraut wajah yang melukiskan sifat yang sangat kejam dan bejat. Inilah sosok yang dapat mewakili karakter Yudas dalam lukisan, pikir Da Vinci. Atas seijin raja, tahanan ini dibawa ke Milan untuk dilukis.

Selama enam bulan tahanan ini duduk di hadapan Da Vinci. Saat menyelesaikan sapuannya yang terakhir, Da Vinci berkata kepada pengawal, “Saya sudah selesai. Bawalah tahanan ini keluar.” Saat itu, si tahanan mendadak melepaskan diri dari pengawasan si pengawal dan berlari menuju ke Da Vinci seraya menangis, “Oh, Da Vinci, pandanglah saya ! Apakah anda tidak tahu siapa diri saya sebenarnya ?” Dengan mata tertatih, Da Vinci mengamati wajah si tahanan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, “Tidak, saya tidak pernah melihat anda sebelumnya hingga anda diijinkan ke luar dari penjara bawah tanah Roma.”
Sambil menengadahkan wajah ke atas, tahanan itu menangis dan berdoa, “Ya Tuhan, apakah saya sudah terjatuh begitu dalamnya ?” Lalu dia memandang kembali si pelukis dan sambil menangis dia berkata, “Da Vinci, saya adalah anak muda yang pernah anda lukis 7 tahun yang lalu sebagai perlambang Yesus !”
Inilah kisah nyata di balik lukisan ‘Perjamuan Terakhir’, yang mengajar kita tentang besarnya pengaruh pemikiran yang benar dan yang salah bagi seseorang. Anak muda yang tadinya begitu murni dan tidak terlalu tercemar oleh dosa-dosa dunia, tujuh tahun kemudian jatuh ke dalam dosa dan kejahatan. Dia pun berubah, dari perlambang Yesus, menjadi perlambang karakter seorang Yudas Iskariot.
Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?
(Galatia 3:3)


Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini